Presiden keempat RI yang juga seorang kiai, Abdurrahman Wahid, juga dikenal sebagai sosok yang lekat dengan humor.
Melalui humor, Gus Dur, sebutan akrab sang presiden mampu membuat santri, warga, pejabat, hingga pemimpin negara-negara lain terpingkal-pingkal.
Namun, humor yang dilontarkan Gus Dur bukanlah kisah-kisah lucu yang kosong atau tak bermakna. Ia justru mengembalikan humor ke khittahnya yakni kritik sosial atau keagamaan.
Baca juga : Sex Education di Dunia Pesantren
Kisah Kiai dan Pendeta
Salah satu humor Gus Dur yang tidak banyak orang tahu adalah ketika Ia sedang bercerita tentang Kiai dan Pendeta saat di Bus.
Ceritanya begini, suatu hari ada seorang Kiai dan seorang Pendeta berada didalam satu Bus yang sama dan duduk bersebelahan. Sang Kiai dan Pendeta ini sudah sangat akrab dan berkali-kali melakukan pembicaraan yang menarik.
Ditengah pembicaraan obrolan antara Sang Kiai dan Pendeta, tiba-tiba Bus yang mereka berdua tumpangi sudah mau berangkat. Mereka hendak melakukan perjalanan dari Jakarta menuju Semarang.
Baca juga : Dikukuhkan, Inilah Tiga Ikrar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama 2022-2027
Kiai Mengucapkan Bismillah
Ketika Bus hendak berangkat, seketika sang Kiai mengucapkan satu kalimat yaitu “Bismillah,” ucap Sang Kiai. Seketika Pendeta yang duduk disebelah Sang Kiai tiba-tiba menegur Kiai tersebut dan si Pendeta berkata kepada Sang Kiai, “Wahai Kiai, ini bukan Bismillah, tapi Bis Eka,” ucap si Pendeta kepada Sang Kiai (Karena saat itu yang mereka tumpangi adalah Bus dari PO Eka). Kemudian Sang Kiai berkata, “Oiya, maaf ini Bus Eka, maaf saya lupa, terimakasih sudah diingatkan,” ujar Kiai tersebut.
Kemudian Bus melaju dengan kencangnya. Sesampainya ditengah perjalanan, tiba-tiba hujan mengguyur disertai petir dan guntur yang menggelegar. Seluruh penumpang di dalam Bus merasa panik dengan kondisi cuaca yang terjadi.
Pendeta Mengucapkan Haleluya
Tiba-tiba si Pendeta berdoa sesuai keyakinan agamanya, “Haleluya Haleluya Haleluya,” karena telah mendengar petir dan guntur. Kemudian Sang Kiai yang berada disebelah pendeta menegur si Pendeta. Sang Kiai berkata, “Pendeta, itu bukan Haleluya tetapi Halilintar,” celetuk Kiai tersebut.