EssayKalam Hikmah

War Takjil: Momentum Pluralitas Umat Beragama

Salah satu tradisi yang terdapat di Indonesia pada saat bulan Ramadhan ialah Takjil-an. Belakangan ini takjil menjadi isu yang paling aktual dijagat maya, karena tradisi yang lebih dikhususkan kepada orang orang muslim untuk berbuka puasa ternyata ada sedikit pergeseran dari kalangan orang orang non muslim. Sehingga fenomena kali ini dinamakan dengan “ War Takjil”

Fenomena War Takjil

War takjil sendiri merupakan gabungan dari dua bahasa yakni war artinya perang dalam bahasa Inggris, sedangkan takjil dalam bahasa Indonnesia adalah makanan dan minuman untuk berbuka puasa. Jadi secara istilah war takjil merupakan kegiatan berburu makanan dan minuman untuk berbuka puasa pada bulan Ramadhan

Karena unsur maknanya yang terlihat ekstrim yaitu sebuah peperangan untuk merebutkan makanan, namun dari ini justru mendorong nilai kebersamaan antar umat beragama. Candaan yang disandarkan dibeberapa platform media kerap mengundang rasa antusianisme dan keharmonisan bagi beberapa kalangan. Bagaimana tidak antar umat yang satu dengan yang lain saling berbalas argumen misalnya “Untukmu Agamamu, Untukku Takjilmu”.

Bahkan ada yang lebih mindblowing lagi yakni dari sosok pendeta yang mengajak jemaat gereja untuk memeriahkan war takjil. Tentang agama kita toleran, tapi soal takjil kita duluan, jam tiga sore mereka masih lemes, kita sudah stand by.

Kemudian dilanjut dengan sang pendeta menceritakan ancaman dari temannya yang muslim “tapi temen temen saya udah bilang begini, oke kalian ya, sekarang kalian boleh bilang, tapi nanti paskah kami balas dendam, nanti pas paskah telur telur kami borong semuanya, supaya kalian paskah pakai kinder joy”. Selain itu mereka juga saling berbalas komentar di sosial media.

Baca juga: Hikmah Kisah Sulaiman bin Yasar, Tabi’in yang Lari dari Zina

Pluralitas sebagai pengantar sikap toleransi

Dari fenomena diatas momentum pluralitas pada masyarakat Indonesia dapat dirasakan lebih mendalam. Saling mengenal agama satu dengan agama yang lain membuat suasana dalam bermasyarakat lebih terasa damai. Hal ini juga dapat mendorong masyarakat untuk bersikap toleransi dengan menghargai dan memahami atas perbedaan keyakinan orang lain.

Sumber ajaran yang terdapat pada masing masing agama baik itu islam maupun kristen, sama sama memiliki nilai terhadap pentingnya sikap toleransi antar umat beragama. Sebagaimana pada sudut pandang islam yang telah diatur pada surat al Kafirun ayat 6:

لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِىَ دِينِ

Artinya: Untukmu agamamu dan untukkulah agamaku

Pada ayat diatas dijelaskan Allah menciptakan Umat-Nya berbeda beda karena di jadikan oleh Nya berbangsa bangsa dan bersuku suku, hal ini juga mengingatkan kepada manusia bahwa semua itu tidak lain agar saling mengenal dan saling menghormati.

Sedangkan pada ajaran agama kristen juga disinggung, sebagaimana yang dituturkan oleh Bapak Sarji S.Th pendeta kabupaten Mojokerto bahwa kasih sayang tidak hanya diluapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, akan tetapi saling mengasihi terhadap sesama manusia dan makhluk hidup lainnya merupakan komponen yang tak kalah penting dalam kehidupan bermasyarakat.

Jika hal ini terus menerus dilakukan maka tidak hanya membawa keberkahan pada kalangan tertentu saja. Komponen yang diserap juga dapat membangun masyarakat yang idelalis sebagaimana prinsip bangsa yang sesuai dalil

بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ

Yakni suatu gambaran negara yang indah dan makmur dengan masyarakat yang hidup berdampingan secara rukun. Selain hal penting yang telah diuraikan diatas, terdapat banyak nilai nilai yang bisa dipetik dari fenomena war takjil ini seperti;

Memahami perbedaan

Setiap orang ataupun golongan akan memilki karakteristik yang berbeda. Tidak hanya itu, pandangan dalam menjalankan kehidupan juga pasti terdapat perbedaan. Dari fenomena yang tengah dihadapi pada saat ini dapat membantu untuk meningkatkan seseorang agar saling menghargai di setiap perbedaan, agama, dan keyakinan. Selain tradisi dengan berburu takjil bagi orang yang berpuasa, mereka yang sedang tidak menunaikannya juga turut mengikuti buka puasa bersama. Tentu hal ini akan mempererat tali persaudaran.

Meningkatkan pendapatan masyarakat

Tradisi yang beranjak dari sebuah lapak untuk menjajakan aneka minuman dan makanan saat Bulan Ramadhan ini dapat meraup laba yang besar. Keuntungan juga dirasakan oleh kalangan umat kristiani yang juga berjualan takjil di kios mereka. Sebagaimana yang dirasakan oleh Vicky Amelia (warga non muslim) yang tidak ingin kehilangan momen tersebut, dengan membuka usaha takjil vicky dan beberapa penjual lainnya mendapatkan omzet yang lumayan besar (berita lihat di kompas.com).

Baca juga: Jumlah Rakaat Salat Tarawih: Tradisi dan Perspektif

Dan masih banyak lagi hikmah yang bisa diambil dengan adanya War Takjil tersebut. Hal terpenting diatas, perbedaan tidak menjadi halangan untuk saling berkerja sama dan tolong menolong sesama manusia. Nilai paling utama dari segala aspek kehidupan ialah sebagaimana  yang tekmaktub dalam pesan Rasulullah

وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

Artinya; “pergaulilah sesama manusia dengan berbudi pekerti yang baik”. (HR.Tirmidzi)

Kesimpulan

Secara global perbedaan akan selalu mewarnai disetiap lapisan masyarakat. Berbeda beda dalam hal keyakinan, prinsip dan nilai kehidupan adalah fitrah bagi manusia. Fenomena War takjil pada Bulan Ramadhan ini merupakan suatu keberkahan yang bisa  dirasakan oleh semua kalangan masyarakat. Hal ini menjadikan kita dapat mengetahui suatu perbedaan, dengan Memahami makna pluralitas menjadi salah satu jembatan terhadap sikap toleransi.

Aspek utama mewujudkan negara yang damai dan makmur tidak hanya dipikul oleh golongan tertentu saja, akan tetapi merupakan suatu kewajiban yang harus dijalankan dengan bersama sama. Menabur kebaikan dan kebermanfaatan adalah hal paling mendasar sebagai manusia yang peduli dan bertanggung jawab dalam menjalani kehidupan bermasyarakat.

Penulis: Novia Ulfa Isnaini

Editor  : Ahmad AY

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *