ArtikelOpiniSastra

Perempuan Ga Boleh Menye-Menye, Harus Mandiri

Terlahir sebagai perempuan dengan kodratnya yang lemah lembut tidak menjadi alasan bagi Anifatul Jannah untuk berdiam diri. Ia selalu berusaha mengaktualisasi diri selagi bisa. Menjadi sebaik-baik manusia.

Gadis yang pernah menekuni ilmu komunikasi di UIN Sunan Ampel Surabaya ini memiliki prinsip bahwa hidup hanya sekali dan harus bermanfaat bagi banyak orang.

sebisa mungkin menebar kebaikan di lingkungan sekitar tukasnya.

Saat ini, Nif -panggilan akrib Anifatul Jannah- memiliki beragam aktivitas sebagai wujud konkrit pengaktualisasian dirinya. Ia merupakan salah satu founder Songiea (Songket Indonesia) yang tidak lain adalah usaha bisnis di bidang fashion. Selain itu, Nif juga tengah sibuk mengelola usaha kuliner dengan brand Njuajan.

Njuajan sendiri merupakan salah satu usaha bisnis yang ia pelopori bersama dengan teman-teman dari Kolabosantripreneur. Tidak berhenti sampai disitu, gadis kelahiran Sidoarjo 2 Juni ini juga turut serta aktif dalam beberapa komunitas diantaranya MBC Indonesia dan Arus Informasi Santri (AIS) Nusantara. Selain enterpreneurship, Nif rupanya juga aktif dalam dunia kepenulisan. Salah satu buktinya adalah ketika duduk di semester 2, Anifa sudah berhasil menerbitkan dua novel berjudul Ternyata Cinta itu Indah dan Sepenggal Kisah tentang Kita. Yuk kenalan lebih jauh dengan Anifa.

Pendapat tentang santri?

Istimewa. Itu yang ada dalam pikiran saya. Karena santri selalu identik dengan akhlak yang baik, selain itu santri juga mempelajari ilmu agama dan dunia. Ibaratnya dunia akhirat dapat. Santri itu flexible lah intinya.

Kalau santri dan enterpreneurship?

Santri dan entrepreneur memang tidak wajib. Tapi bagi saya berdakwah itu tidak bisa dalam keadaan perut lapar. Jadi santri bagus juga jika bergelut di dunia wirausaha. Kegiatan berwirausaha bisa membuat santri mandiri secara finansial, keuntungan juga bisa digunakan untuk jalan dakwah. Jadi kalau ada santri yang mau berwirausaha ya tidak masalah, dan ini bagus menurut saya.

Peran Santri di Era Millenial?

Yang pasti untuk semua santri siapapun, dimanapun, dan dari latarbelakang apapun harus punya peran di tengah masyarakat. Baik di masyarakat pedesaan maupun di masyarakat urban. Harapannya sih setelah mondok seorang santri bisa menjadi teladan baik untuk lingkungannya, serta bisa memberikan manfaat.

Adat Santri kawak dan santri abad 21?

ya jelas beda, wong zamannya aja udah beda. Hehehe. Jaman sekarang beda karena era teknologi sudah menghantam keras karakter para pemuda, santri kan juga manusia biasa yang doyan medsos, media sudah banyak mengkontruksi pikiran santri. Jadi pasti beda santri dulu dengan sekarang. Akan tetapi bagi saya meski zaman telah berlalu, zaman berganti dengan teknologi yang lebih canggih, tetap seorang santri harus merawat tradisi, Ta’dzim sama Kiai dan guru itu harus, karena percuma aja nyantri tapi gak ta’dzim Kiai dan gurunya, ndak akan manfaat ilmunya, gak barokah juga. Soal tirakat ya mungkin tidak sebanyak dulu, tapi bukan berarti tidak ada santri yang tidak tirakat, masih banyak kok sebenarnya santri yang tirakat.

Baca juga : Senja Parakan

Soal budaya, budaya apa dulu ini.  hehehe. Kalau ngomongin budaya bakalan luas banget. Yang pasti jaman sekarang kan eranya dunia dalam satu genggaman, informasi tidak bisa dibendung lagi, entah berita baik atau buruk, karena itulah santri harus bisa membentengi dirinya sendiri. Caranya ya dengan belajar sungguh di pesantren, atau dimana saja bersama guru yang sanad ilmunya sahih. Jangan hanya label santri tapi hati dan pikirannya gak santri.

Mentalitas Santriwati?

Jadi perempuan itu gak bisa menye-menye. Hidup ini terlalu keras jika hanya dibuat manja-manjaan. Perempuan ya harus kuat hati kuat iman. Mentalnya juga harus kuat jika ingin berjuang di tengah banyak orang. Soal gender kan sekarang sudah jelas, yang penting tau batasannya saja. toh pastinya kita menyadari kodrat sebagai perempuan.

Swittest thing in life?

Bagi saya semua pengalaman itu menyenangkan. Saking banyaknya saya bingung mau menjelaskan apa yang paling berkesan hehe. Yang paling membahagiakan bagi saya sih, saat melihat kedua orang tua bahagia. Melihat orang-orang di sekitar saya menjadi lebih semangat dan lebih baik.

Bitter experience?

Susah juga kalau jelasin pengalaman yang tidak menyenangkan. Karena pengalaman yang tidak menyenangkan juga seimbang dengan pengalaman yang menyenangkan. Jatuh bangun dalam kehidupan itu biasa sih, gagal juga biasa. Yang gak biasa itu ketika kita gagal terus kita berusaha lagi berproses tanpa menyerah. Kalau saya sih mikirnya simple, gagal itu bagian dari proses pembelajaran, bukan sebuah akhir. Dari pikiran itu, jadi saat saya gagal saya evaluasi dan belajar lagi. Terus coba lagi. Begitulah seterusnya. Karena hidup ini adalah proses belajar sampai mati. (Usw/Diah)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *