ArtikelEssayOpiniSastraUncategorized

Warisan Perdamaian dari Kampung

Mencari sebuah potret kedamaian di Indonesia dengan datang ke kampung-kampung yang belum terkena dampak pembangunan. Mereka hidup damai dengan mata pencaharian petani setiap harinya. Hamparan hijau sawah dan kicau burung-burung menjadi simbol bahwa keragaman di capai di tempat yang jauh dari dentuman keras pembangunan.

Kehidupan perkampungan yang menjunjung adat istiadat sudah kenyang dengan  pengalaman masa lalu, baik berupa perselisihan, bicara ngotot ketidakpercayaan, serta kekerasan yang diselesaikan dengan jalan duduk bersama di ruang besar untuk menemukan jalan tengah demi perubahan masa depan desa. Perangkat desa menjembatani dengan hukum-hukum yang berlaku, para ahli agama mencarikan nilai-nilai religius-kultural yang saling membangun.

Implementasi Gontok-gontokan

Gontok-gontokan ketika melakukan kebaikan untuk kemaslahatan bersama menghilangkan rasa duka di antara masyarakat. Mengubah cara pandang terhadap sebuah permasalah menjadi kekuatan untuk mempersatukan komunitas sosial dalam masyarakat.

Mengajarkan masyarakat tentang kekuatan fondasi keberagaman yang di mulai dari diri sendiri dan keluarga. Kerangka sosial yang dibangun dari komunitas sosial paling dasar menjadikan worldview multi-religius. Interaksi sosial dijadikan alat utama untuk menunjukkan eksistensi perubahan masyarakat desa di isi dengan pendidikan yang berkemajuan.

Budaya mendapatkan ruang di masyarakat bukan hanya di tempat-tempat tertentu saja sebagai upaya membumikan generasi muda agar tidak lupa daratan.  Kepentingan, menegarkan kekayaan kultur yang sudah dianggap oleh generasi milineal, menjadi salah satu kekhawatiran kita terhadap warisan nenek moyang, akan tergerus oleh zaman atau tidak.

Di kampung-kampung selayaknya tidak perlu inferior mengenai kesempatan untuk berkarir dan mapan secara finansial. Mengubah cara pandang urban sebagai jalan terakhir dalam pola mencari pundi-pundi rupiah, karena mengolah kemampuan untuk menelurkan generasi di desa lebih baik ketimbang harus bertarung tanpa skill di kampung orang.

Pemahaman Secara Geneologis

Penyelenggara negara pun harus memahami secara geneologis tentang permasalahan daerah-daerah yang sulit terjangkau. Keragaman yang telah menjadi warisan dari nenek moyang suatu saat saat akan mengikis karena kesenjangan ekonomi merajalela. Mengingat logika matrialisme menjalar hingga pelosok kampung. Ketika seseorang mendapatkan kenyamanan untuk mengakses barang-barang di desa. Hatinya memiliki kecenderungan untuk guyub dan tetap melestarikan kebudayaan. Namun, ketika terhadap akses ekonomi tidak sebaik itu, akan terjadi sebuah prahara yanag tak terprediksi.

Narasi keragaman yang telah dibangun antar Suku, Agama, Ras, dan Golongan diperkampungan, diperlukan kesedian masyarakat menahan ambisi politik massa yang destruktif. Gejala politik massa yang sedang tren justru menjual nama untuk mendapat suara serta menjatuhkan lawan dengan bantuan massa. Hal tersebut jauh dari pendidikan politik yang beradab dan tidak memiliki pijakan historis maupun agamis dalam lingkungan tersebut.

Keragaman tercapai diperkampungan melalui nilai kultural yang dibawa secara historis dan agamissebagai bentuk sakralisasi terhadap warisan turun-temurun. Adapun penerapan di zaman post-modern, masyarakat perlu melihat setiap masalah dengan pandangan multi-disipliner untuk melihat setiap warisan yang dijadikan panutan masih relevan dan fleksibel dengan kondisi masyarakat atau perlu modifikasi.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *