Dunia IslamSastra

Membincang I’tiqad

Dalam rangka untuk memahami i’itiqad ( الإعتقاد) (kepercayaan) atau ideologi dalam Islam. Maka, sangatlah penting bagi kita untuk mengetahui istilah-istilah yang sering di pakai dalam Ushuuluddin, yakni pokok agama.

Ilmu Ushuuluddin artinya Ilmu Pokok-pokok Agama. Di dalam Ilmu Ushuuluddin yang dipelajari tentang i’itiqad di dalam agama. Serta yang

menjadi pokok-pokok bagi Agama, yaitu :

  1. I’itiqad yang berhubungan dengan Ketuhanan ilaahiyyat ( الهية)
  2. I’tiqad yang berhubungan dengan Kenabian (Nubuwwat) (النبوة)
  3. I’tiqad yang berhubungan dengan perkara-perkara yang gaib (hari akhirat, syurga, neraka, dan lain-lain).
  4. Dan lain-lain tentang I’tiqad.

Ilmu Ushuuluddin sering juga di namakan Ilmu Kalam. Sebab dalam ilmu ini banyak dibicarakan sifat-sifat Tuhan, di antaranya sifat kalam. Ulama-ulama dan ahli-ahli ilmu Kalam dinamai Mutakallimuun (المتکلمون) atau Mutakallimiin (المتكلين).

Ada juga orang menamai Ilmu ini dengan Ilmu Tauhid, yaitu ilmu ke-Esaan Tuhan, sebab yang banyak dibicarakan dalam ilmu ini ialah tentang ke-Esaan Tuhan. Ada juga yang menamainya dengan Ilmu ‘Aqaid, yaitu ilmu I’tiqad, sebab yang banyak dibicarakan dalam ilmu ini ialah soal-soal i’itiqad (kepercayaan). Di Indonesia ada orang-orang menyebutnya dengan Ilmu sifat dua puluh, karena di dalam ilmu ini dibicarakan 20 sifat yang wajib bagi Tuhan.

Jadi, perkataan-perkataan Ilmu Ushuluddin, Ilmu Kalam, Ilmu Tauhid, Ilmu ‘Aqaid, Ilmu Sifat 20, sama artinya yaitu ilmu yang di dalamnya membahas tentang masalah-masalah i’itiqad (kepercayaan tentang Ketuhanan, Kenabian, Keakhiratan. Jika kita berbicara tentang ushuul (الأصول) atau pokok, sudah barang tentu ada yang furu’ (الفروع) atau cabang. Dalam istilah keagamaan, furu’ syari’at berarti perkara-perkara ibadah yang dikerjakan setiap hari, seperti sholat, puasa, zakat,haji, nikah, jual beli dan lain-lain.

Kesimpulannya dapat ditegaskan bahwa Ushuuluddin ialah i’itiqad-i’itiqad, sedangkan furu’ syari’at ialah ibadah-ibadah yang dhahir.

 

Penulis: KH. Hadi Sholihan, S.HI, M.Hum

Penulis adalah pengasuh Ponpes. Sabilurrosyad Banyuwangi, dan Ketua Aswaja NU Center PCNU Banyuwangi

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *